Saat musim hujan, sepiring nasi hangat berpadu sajian bebek atau entok akan membuat Anda sulit berhenti menyuap.
Vmi Mariyane Rosya Clara Rondonuwu
SABTU pekan laju, angin di Kota Bandung bertiup kencang meniupkan udara dingin. Sembari meredam bunyi perut yang kian keras bernyanyi, mata kami tergiur pada bangunan di tikungan Jalan Sumatera, dengan tulisan Roemah Entog Bandung. Didorong rasa lapar seka-ligus penasaran dengan rasa unggas yang tak terlalu familier di telinga itu, tanpa pikir . panjang kami pun langsung memutuskan untuk mampir.
Roemah Entog Bandung terletak di lantai dua, menjadi satu dengan bioskop Regent, Bandung. Ruangannya terbilang luas yang dibagi menjadi dua bagian dan hanya dipisahkan tangga kecil. Di dekat pintu masuk ada tiga komputer yang terhubung dengan koneksi internet. "Kalau bosan menunggu, silakan bermain internet dulu," ucap Teguh,penanggung jawab rumah makan tersebut.
Di dinding-dindingnya terpampang gambar bebek dan entok secara berdampingan, seakan dengan lugas menandaskan kebingungan Anda perbedaan di antara dua unggas itu. Kursi dan mejanya tertata rapi dan serbarotan.
Temyata bukan tanpa maksud ia mendirikan rumah makan yang begitu luas. Teguh mengungkapkan keinginannya agar Roemah Entog dapat pula menjadi tempat tongk-rongan murah meriah bagi para pemuda sang be-lum bekerja tetap untuk mengobrolkan ide-ide mereka.
Ide tersebut, diakui Teguh, muncul saat ia melihat banyaknya anak-anak muda Bandung yang sering nongkrong di pinggir jalan. Ia berpikir mereka bisa punya tempat makan yang asyik dan murah sembari mengembangkan diri. "Saya tidak mau ikut-ikutan. Sekarang bebek sedang menjadi tren di mana-mana. Malah ada satu dua warung makan yang sampai menipu bilang itu bebek, padahal entok."
Kami pun melirik daf-tar menu yang menggelitik. Benar saja, semua menu terlihat menggoda, mulai dari entok bakar, entok goreng kremes, pedesan entok, sampai ada pula steak entok. Sayang steak entok-nya sedang habis.
Karena cuaca dingin, kami pun memilih menghangatkan perut dengan menu pedesan entok dan entok bakar. Sayangnya, minuman lemon ducks yang jadi favorit di sana sedang kosong.
Menu yang pertama kami ci-cipi adalah entok bakar. Secara fisik, bentuknya lebih mirip ayam, mungkin karena kakinya yang pendek. Tadinya saya pikir perlu pisau untuk memotong daging dan tulangnya, ternyata cukup dipotel saja, bagian-bagian entok sudah bisa dipisahkan.
Tak seperti bebek yang sering alot, entok punya struktur tulang dan daging yang sangat empuk. Serat dagingnya ke-cokelatan mirip bebek, rasanya juga mirip bebek tapi sedikit lebih manis.
Pedesan entok jadi menu berikut. Kilahnya hitam pekat, dengan aroma rempah yang menyengat. Sesuai namanya, sekali hirup kuahnya, siap-siap dengan rasa pedas yang nikmat. Benar saja, dari penuturan Teguh, ada sekitar 15 rempah yang dicampur untuk membuat pedesan tersebut. Sama seperti entok bakar, daging pedesan entok itu benar-benar empuk.
Meski semua makanannya serbaentok. Teguh mengaku tak kesulitan memasok unggas yang belum terlalu populer itu. Ia biasa membeli dari daerah Padalarang. Tertarik? Cukup sediakan saja uang sebesar Rp 1 7.500-Rp25.000. Tak mahal kan?
Warning Bekasi
Bayangkan gurihnya daging bebek kampung berpadu dengan pedasnya sambal racikan lokal seperti rica-rica Manado atau sambal hijau Padang, jadilah si bebek goreng pedas menebar aro-manva ko kawasan perumahan Galaxi, Bekasi.
Pertengahan bulan ini kami-akhimva singgah ke Warung Kuning Spesialis Bebek, disingkat Warning. Letaknya di Ialan Pulo Ribung Raya, Blok ARI, Kaveling lb. Ruko Villa Galaxi, Bekasi Selatan. Sebuah ruko disulap menjadi kedai mungil yang menampung puluhan tamu.
Di depan ruko ada arena untuk makan di tempat terbuka yang kebanyakan dipilih pelanggan. Kami memilih posisi di luar, sehingga memungkinkan untuk menikmati udara sejuk sehabis hujan.
Sang bebek yang digoreng kremes datang bersama nasi uduk inaknyus. Saat dicicipi, bebeknya memang juiqj, empuk, dan gurih. Kremesnya pun tidak sekadar tepung. Melainkan, hasil olahan dari sagu dan santan yang kemudian dibumbui kemiri dan bawang putih.
Bebek goreng kremes dan nasi uduk tadi dilengkapi de-ngan lalapan pula. Dihidang-kan di atas piring berbahan kayu kelapa \ ang sudah dialasi daun pisang.
Kira-kira, sambal apa yang klop untuk bebek kremes? "Rica-rica segar," kata Harry Ruswanto, si pemilik warung. Resep rica-rica Warning parut diacungi jempol. Rasanya paling mendekati rica-rica di Manado, Sulawesi Utara.
Menggunakan banyak lombok untuk tekstur, sedikit cabai keriting, sedikit bawang putih, bawang merah, irisan daun jeruk, dan daun kunyit. Sebagai pengimbang rasa, koki di Warning membubuhkan juga udang dan bawang bombai.
Buat saya yang memang doyan pedas, sambal rica-rica masih kurang pedas di lidah. Maka kami memutuskan naik level ke bebek saus Padang. Sambal yang satu ini berguru pada resep sambal Sumatra Barat yang langsung panas di mulut. Diolah dari adonan cabai merah, bawang merah, bumbu rendang, kemudian diaduk dengan telur mentah. Aduhai pedasnya.
Untuk sajian bebek, tempat ini membanderol per potongharganya Rp lb ribu hingga Rpl7 ribu. Warung ini juga melayani jasa pesan antar. Selain bebek goreng, warung ini juga menyajikan menu bebek pe-nvet, bebek bakar, nasi goreng bebek dengan ayam spesial, dan ampela bebek.
Buat pecinta bebek dengan lidah moderat, atau suka sambal yang pedasnya sedang. Anda bisa menyerbu menu-menu seperti bebek saus mangga, bebek cabai hijau, dan bebek sambal merah.
Berbeda dengan rica-rica dan saus Padang, cabai yang digunakan untuk ketiga sambal ini sudah dimasak sehingga rasanya relatif tidak pedas.
Saus mangga yang dipasangkan dengan bebek penyet diolah dari nanas dan mangga muda. Diblender hingga berbentuk saus segar, dibubuhi cabai ins dan cuka, lantas pada bagian tumpukan paling atas diberi daging mangga tua.
Pemesan dijamin puas. Tidak ada istilah rugi beli atau trauma karena daging alot atau bebek berbau an\ir. Apalagi koki Warning juga pintar membuat jus belimbing blasteran jeruk, segar! (M-5)miweekend@ mediaindonesia.com
Comments
Post a Comment